Ijo Lele, Cita Rasa Warung Tenda Sebenarnya
Jangan lihat tendanya, rasakan masakannya. Fotoku dhewe. |
"Sambalnya itu yang terasa pas di lidah," tutur Surya, yang kemarin malam berbincang dengan jajanantanjungpinang. Berkat tangan dingin tukang pasangnya, tak mengherankan jika sebelum pukul 22.00 ayam dan lele Ijo Lele habis. Dan itu bukan sekali dua kali.
Mari dipilih ayamnya, dada, paha, atau bagian mana? F-dhewe |
Tempat makannya hanyalah warung tenda yang tak terlalu besar. Menempati separo dari luas halaman Apotek Kimia Farma, Batu 9. Satu-satunya yang harus diperhatikan konsumen di Ijo Lele adalah tempat parkir. Jika datang terlambat, dipastikan Anda tidak menemukan tempat parkir di sekitar tenda. Namun tidak usah khawatir, ada tukang parkir resmi yang senantiasa memberikan arahan agar kendaraan Anda bisa parkir dengan aman.
Ramai selalu, selalu ramai. Fotoku dhewe. |
Silakang datang ke Ijo Lele, hampiri kotak kaca tempat potongan daging ayam diletakkan. Anda harus memilih sendiri bagian mana yang akan dipilih. Lalu duduklah di kursi yang tersedia, nikmati saja penantian itu. Dan, sya la la, tak lama kemudian pesanan Anda akan diantar ke meja. Lebih mengasyikkan lagi jika menyantap sensasi ayam dan lele goreng di Ijo lele tidak sendiri. Dan memang itulah yang menjadi pemandangan biasa di sini.
Bersantap bersama, lebih lezat rasanya. Fotoku dhewe. |
Satu yang harus Anda catat: selama bulan Ramadan, Ijo Lele akan tutup selama satu bulan penuh. Menurut pengelolanya, dengan sebelas bulan menemani warga dengan masakan andalan, rasanya tak berlebihan jika satu bulan di bulan suci digunakan untuk mengingat dan lebih dekat dengan Sang Khalik. Sebuah renungan yang bisa mengisi kebutuhan rohani. Begitulah cara Ijo Lele menjalani usahanya.
Komentar
Posting Komentar